Laporan Praktikum Mikrobiologi - FPP Undip


STERILISASI, PEMBUATAN MEDIUM, PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PEWARNAAN GRAM



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI



Disusun oleh :
Kelompok VIIIB
Agus Miftah                                  23010117120038
Syahreza Diva Dwitama               23010117140011
Andika Rahmat Septiyanto         23010117140039
Nadhira Octafina                          23010117140027









Description: Description: Description: Description: Description: Logo UNDIP.png
 













PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
                                           LEMBAR PENGESAHAN                                          
Judul                                       : STERILISASI, PEMBUATAN MEDIUM, PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PEWARNAAN GRAM

Kelompok                               : VIIIB (DELAPAN)B
Program Studi                         : S1 PETERNAKAN
Fakultas                                   : PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Tanggal Pengesahan               :           APRIL 2018

Menyetujui,

  Koordinator Asisten                                                            Asisten Pembimbing
Praktikum Mikrobiologi

         
Mei Try Cahyaningrum                                                     Rani Oktaviani Saraswati     NIM. 23010115130139                                                       NIM. 23010115120042                                                                                 
                                                                     
                                                         Mengetahui,

Kordinator Umum Mikrobiologi
           


Dr. Dra Turrini Yudiarti, M. Sc.
NIP. 19591202 198703 2 002

RINGKASAN
Kelompok VIIIB. 2018. Sterilisasi, Pembuatan Medium, Penghitungan Jumlah Mikroba dan Pewarnaan Gram. (Asisten Pembimbing : RANI OKTAVIANI SARASWATI).

Praktikum Mikrobiologi dengan materi Sterilisasi dan Pembuatan Medium dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 21 april 2018, pukul 15.00-18.00 WIB dan materi Metode Hitungan Cawan dan Pewarnaan Gram dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 22 april 2018, pukul 10.00-12.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi dalam praktikum mikrobiologi meliputi alat yaitu tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, pipet tetes, pipet hisap, gelas ukur, gelas beker, pisau, kertas lakmus, waterbath, magnetic stirrer, kain saring, inkubator, mortar dan alu, autoklaf, oven, bunsen, korek api, jarum ose, mikroskop dan kaca objek. Bahan yang digunakan yaitu kentang, aquades, dextrose, serbuk agar, kertas pembungkus, alumunium foil, kapas, alkohol, hati ayam, violet cristal, lugol, etanol dan safranin. Metode yang dilakukan dalam praktikum yaitu sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 170ºC, sterilisasi basah dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC, pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA), perhitungan  jumlah mikroba yaitu menghitung jumlah SPC mikroba  pada hati ayam dengan metode hitungan cawan dan pewarnaan gram dengan menggunakan violet cristal, lugol, etanol dan safranin.
Hasil yang diperoleh dari praktikum mikrobiologi yaitu kesterilan pada alat dan medium yang digunakan, medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan suatu medium yang terbuat dari kentang yang kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dan kapang, perhitungan jumlah bakteri pada hati ayam dengan metode hitungan cawan diperoleh hasil 1,0 × 105 cfu/ml hasil tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan SNI 01-6366-2000 yakni perhitungan SPC pada hati ayam maksimal 1,0 × 104 cfu/ml karena disebabkan oleh cemaran mikroorganisme pada pakan, pada uji pewarnaan Gram diperoleh bahwa Staphylococcus aureus termasuk Gram positif, berwarna ungu sedangkan Escherichia coli termasuk Gram negatif dan berwarna pink. Simpulan dari praktikum ini adalah sterilisasi dibagi menjadi dua metode yaitu sterilisasi kering dan sterilisasi basah, medium PDA merupakan suatu medium untuk menumbuhkan kapang dan bakter, metode hitungan cawan diperoleh hasil 1,0 × 105 cfu/ml pada perhitungan SPC, Staphylococcus aureus termasuk Gram positif sedangkan Escherichia coli termasuk Gram negatif.

Kata kunci : Medium, Mikroba, Pengenceran, Pewarnaan, Sterilisasi

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak ini dengan baik.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada Dr. Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc selaku Dosen Koordinator Praktikum Mikrobiologi, Mei Try Cahyaningrum selaku Koordinator Umum  Asisten Mikrobiologi, Rani Oktaviani Saraswati selaku Asisten Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran selama praktikum dan penyusunan laporan Praktikum Mikrobiologi. Penyusun dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membimbing dalam penyusunan laporan.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meyempurnaan laporan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Semarang,        April 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN...................................................................................................    iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................    iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................   vii
DAFTAR ILUSTRASI...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................    ix
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................     1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................     2
2.1. Sterilisasi.......................................................................................     2
2.2. Pembuatan Medium......................................................................     3
2.3. Metode Hitungan Cawan..............................................................     4
2.4. Pewarnaan Gram...........................................................................     6

BAB III. MATERI DAN METODE.................................................................     8
3.1. Materi............................................................................................     8
3.2. Metode..........................................................................................     9

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................   12
4.1. Sterilisasi.......................................................................................   12
4.2. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)......................   13
4.3. Penghitungan Jumlah Mikroba.....................................................   14
4.4. Pewarnaan Gram...........................................................................   16

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................   19
5.1. Simpulan.......................................................................................   19
5.2. Saran.............................................................................................   19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................   20
LAMPIRAN......................................................................................................   25


 
DAFTAR TABEL
Nomor                                                                                                         Halaman
1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri...........................................................   14





































DAFTAR ILUSTRASI
Nomor                                                                                                         Halaman
1. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Positif Perbesaran 100 kali.............   16

2. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Negatif Perbesaran 100 kali...........   17



































DAFTAR LAMPIRAN
Nomor                                                                                                         Halaman
1. Gambar dan Fungsi Alat..........................................................................   25

2. Perhitungan Standard Plate Count (SPC)...............................................   31
3. Fotokopi Hasil Praktikum........................................................................   31


BAB I
PENDAHULUAN
          Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dari organisme yang sangat kecil yang disebut mikroorganisme. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak dimana saja dengan ketentuan ada cukup nutrisi dan medium yang tepat. Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan alat-alat dan bahan dari jasad renik dan segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba. Medium adalah suatu substrat dimana mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak pada lingkungan hidup yang sesuai. Mikroorganisme ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan, untuk mengetahui sifat-sifat dan jenis mikroorganisme tersebut dilakukan pengujian pewarnaan gram.
1.1.    Tujuan

          Untuk mengetahui cara  pembuatan medium dan larutan pengencer, cara mensterilkan alat dan medium, menghitung jumlah koloni pada mikroorganisme dan mampu mengetahui cara pewarnaan gram.
1.2.       Manfaat

   Untuk mengetahui cara pembuatan medium dan  larutan pengencer, cara mensterilkan alat dan medium, dapat menghitung jumlah koloni pada mikroorganisme yang tumbuh  dan berkembang dengan menggunakan metode hitungan cawan serta bisa mengidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan cara pewarnaan gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.    Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses atau tindakan untuk membebaskan suatu alat atau bahan dari jasad renik dan semua bentuk kehidupan terutama mikroba. Fungsi sterilisasi adalah untuk membunuh semua bentuk mikroorganisme termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan (Fahril, 2017). Sterilisasi dibagi menjadi tiga yaitu sterilisasi secara fisik, sterilisasi secara kimia dan sterilisasi secara mekanik (Hasanah, 2017). Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya (Ginting, 2017).

2.1.1. Sterilisasi kering
          Sterilisasi kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas yang dihasilkan oleh oven pada suhu 170ºC selama 1 jam (Warbung dkk., 2013). Prinsip kerja panas kering adalah panas dari oven menyebabkan denaturasi protein pada mikroba (Sitorus, 2017). Alat-alat yang disterilisasi kering adalah cawan petri dan pipet hisap (Kharisma dan Manan, 2012).

2.1.2. Sterilisasi basah
 Sterilisasi basah dilakukan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit (Chandra dkk., 2011). Alat-alat yang disterilisasi basah adalah tabung reaksi dan erlenmeyer yang sudah terisi sampel (Rochman, 2015).  Prinsip sterilisasi basah adalah panas dari autoklaf menyebabkan terjadinya proses koagulasi protein (Akrom, 2010). Fungsi dari strerilisasi basah adalah untuk mensterilkan alat-alat yang rentan terhadap panas (Kasi dkk., 2015).

2.2.    Pembuatan Medium
Media adalah suatu wadah yang berisi substrat yang komposisinya terdiri atas nutrien tertentu yang diperlukan untuk menumbuhkan, mengembangbiakan dan sifat-sifat bakteri (Dewi, 2014). Komposisi nutrisi media mengandung sumber karbon, nitrogen, belerang, fosfat, vitamin dan air (Sari, 2017). Contoh pembuatan medium adalah medium Nutrien Agar (NA), medium Glucose Nutrien Agar (GNA), medium Nutrien Broth (NB), medium Potato Dextrose Agar (PDA), medium Maltosa Yeast Extract Broth (MYB) (Riskawati, 2010).

2.2.1. Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA)
 Media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah suatu media yang kaya akan nutrisi digunakan untuk menumbuhkan  dan mengembangkan jamur, kapang dan bakteri (Pratiwi dkk., 2013). Media PDA berfungsi untuk menumbuhkan kapang pada suatu medium (Putri dkk., 2014). Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan  media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah kentang segar, dextrose (gula), agar dan aquades steril (Redha dkk. 2014). Kegunaan kentang adalah sebagai medium yang memiliki nutrisi yang baik dan harga lebih terjangkau, memiliki fungsi sebagai medium yang mempunyai tekanan osmosis dan permukaan tegang sedangkan dextrose berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada mikroba yang akan dibiakkan (Taurisia dkk., 2015). Pembuatan PDA adalah PDA sebanyak 1,95 gram dilarutkan dengan 50 ml aquades dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Media tersebut dicampur sampai merata dengan cara pengadukan dan pemanasan menggunakan hot plate and stirrer dan microwave. Campuran media tersebut dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 ºC, tekanan 1 atm selama 15 menit. Tabung reaksi yang telah disterilisasi tersebut diletakkan dalam posisi miring, sehingga saat media menjadi padat akan terbentuk media agar miring dalam tabung reaksi (Jauhari, 2010).

2.3.    Metode Hitungan Cawan
Metode hitungan cawan merupakan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah sel mikroba hidup yang tumbuh dan membentuk koloni pada cawan yang diberi medium agar tanpa harus menggunakan mikroskop
(Safitri dan Swarasuti, 2013). Metode hitungan cawan ini berguna untuk menghitung total bakteri asam laktat yang tumbuh pada media
(Hidayat dkk., 2013). Prinsip metode hitungan cawan adalah jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan dalam suatu medium akan membentuk koloni yang bisa dihitung ( Purwa dkk., 2012).






2.3.1. Pengenceran dan Metode Tuang (Pour Plate)
 Pengenceran dilakukan untuk memperkecil jumlah bakteri dan memudahkan menghitung jumlah koloni yang terbentuk (Maija dkk., 2016). Metode tuang merupakan metode isolasi bakteri dengan cara suspensi bakteri yang telah melalui pengenceran bertingkat ditetesi ke dalam cawan petri kemudian dituangkan dengan medium agar (Febriyanti dkk., 2015). Teknik isolasi mikroba dengan cara metode tuang adalah pertama, 1 ml sample yang akan diuji dipindahkan dengan pipet steril kedalam larutan 9 ml aquades untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Kedua, lakukan hal yang sama seperti  pada pengenceran 10-3 dan 10-4. Ketiga, 1 ml suspensi (media kultur) dari setiap pengenceran diinokulasikan pada cawan petri kosong. Keempat, tuangkan media agar yang masih cair. Kelima, campurkan media dengan sampel dengan memutar cawan petri mengikuti pola angka delapan. Keenam, inkubasi sampel pada suhu 37ºC selama 1 hari. Ketujuh, hasil pertumbuhan koloni pada media agar. Kedelapan, jumlah TPC dihitung dengan menggunakan Coloni Counter. Kesembilan, didapatkan hasil TPC (Yunita dkk., 2015).

2.3.2. Perhitungan mikroba berdasarkan Standard Plate Count (SPC)
Jumlah koloni yang terlihat pada cawan petri setelah dilakukan isolasi bakteri, dihitung dengan metode standard plate count (Yunita dkk., 2015). Cara perhitungan standard plate count yaitu dengan cara jumlah koloni dikalikan dengan satu per faktor perngenceran (Ransaleleh dkk., 2013). Hasil perbandingan perhitungan SPC dari pengenceran tertinggi dengan pengenceran terendah sama dengan dua, maka ditentukan nilai rata-ratanya dan jika hasil perbandingannya lebih dari dua, maka ditentukan hasil dari pengenceran terendah (Arini, 2017).

2.4.    Pewarnaan Gram
Uji pewarnaan gram adalah salah satu metode mengidentifikasi bakteri yang diteliti termasuk Gram positif atau Gram negatif (Rachmawati, 2009). Fungsi pewarnaan gram adalah untuk melihat jenis dan bentuk bakteri
(Wahyudi dkk., 2011). Cara pewarnaan Gram adalah aquades diteteskan pada kaca objek yang diatasnya ada mikroba, lalu difiksasi di atas api. Violet cristal ditetskan menggunakakan pipet tetes diatas sampel bakteri pada kaca objek dan biarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, kemudian tetesi lugol biarkan selama satu menit dan kembali dicuci dengan air mengalir. Kaca objek ditetesi alkohol 96% biarkan selama 10-20 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan safranin biarkan selama 20-30 detik , kemudian dicuci lagi dengan air mengalir. Tahap selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan kertas serap dan tambahkan minyak emersi dan amati di bawah mikroskop. Hasil pewarnaan diperoleh bakteri berwarna merah maka bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif, sedangkan bila diperoleh bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut adalah gram positif (Fitri dan Yasmin, 2011).

2.4.1. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif dapat mempertahankan zat violet cristal dan menjadi warna ungu contohnya Staphylococcus aureus. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan sebanyak 90% selebihnya adalah asam teikoat (James, 2008). Dinding sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan dan sisanya asam teikoat. Sel bakteri gram positif terlihat berwarna biru keunguan karena dapat membentuk ikatan  komplek dengan pewarna pertama yaitu komplek ungu kristaliodium (Agustina dkk. 2013).

2.4.2. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah muda karena tidak mampu mengikat violet cristal dan hanya terwarnai oleh safranin contohnya Escherichia coli (Safira dkk. 2012). Bakteri gram negatif lebih banyak mengandung lipid daripada peptidoglikan, peptidoglikan yang dimiliki hanya sekitar 5-20%, sisanya adalah polisakarida. Dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari 5-20% peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida
(Agustina dkk. 2013).









BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum mikrobiologi dengan materi sterilisasi dan pembuatan medium dilaksanakan pada tanggal 21 April 2018 pukul 15.00 - 18.00 WIB dan materi penghitungan jumlah mikroba dan pewarnaan gram dilaksanakan pada tanggal 22 April 2018 pukul 10.00 - 12.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.

3.1.    Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum sterilisasi dan pembuatan medium adalah tabung reaksi untuk melakukan pengenceran bertingkat, cawan petri untuk meletakkan medium PDA, erlenmeyer untuk tempat pembuatan medium, pipet ukur untuk memindahkan sampel, pipet hisap, gelas ukur untuk mengukur bahan, gelas beker, kertas lakmus untuk mengukur pH medium, waterbath, magnetic stirrer untuk mengaduk medium PDA agar homogen, kain saring, inkubator, mortar dan alu untuk menumbuk sampel, autoklaf untuk melakukan sterilisasi basah, oven untuk melakukan sterilisasi kering, bunsen untuk melakukan fiksasi, korek api untuk menyalakan bunsen, jarum ose untuk menggores medium, mikroskop untuk mengamati mikroba dan kaca objek untuk meletakkan sampel yang akan diamati. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kentang dan dextrose sebagai penghasil nutrisi untuk mikroba, aquades,  serbuk agar-agar, kertas pembungkus untuk membungkus alat, kapas dan alumunium foil untuk menyumbat, alkohol untuk sterilisasi sementara, hati ayam, medium filtrat kentang, violet cristal (Gram A) untuk memberikan warna ungu, lugol (Gram B) untuk menguatkan warna ungu, etanol (Gram C) untuk melunturkan warna ungu dan safranin (Gram D) untuk memberikan warna merah muda dan biakan bakteri.

3.2.      Metode
3.2.1. Sterilisasi Basah
Aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian kapas dibungkus dengan alumunium foil.  Tabung reaksi ditutup rapat dengan menggunakan kapas yang telah dibungkus alumunium foil. Medium filtrat kentang dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian kapas dibungkus dengan alumunium foil. Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas yang telah dibungkus dengan alumunium foil. Penutup autoklaf dibuka, kemudian tabung reaksi dan erlenmeyer dimasukkan kedalam autoklaf. Autoklaf ditutup rapat dengan cara diagonal dan katup pengaman ditutup. Autoklaf dinyalakan, manometer dan termometer ditunggu hingga menunjukkan tanda sterilisasi atau pada suhu 121ºC dengan tekanan 2 atm, setelah mencapai suhu 121ºC dengan tekanan 2 atm didiamkan selama 15 menit. Katup pengaman dibuka dan dibiarkan hingga autoklaf tidak lagi bertekanan, lalu autoklaf dibuka dan mediumnya dikeluarkan. Khusus medium Agar, sebelum digunakan suhunya diturunkan dan dijaga agar tidak membeku dengan cara medium dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 55ºC.

3.2.2. Sterilisasi Kering
Pipet hisap dan cawan petri disiapkan, lalu cawan petri dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi oleh alkohol. Cawan petri dibungkus dengan kertas pembungkus. Pipet hisap dibersihkan dan bagian pangkal pipet disumbat dengan menggunakan kapas, lalu pipet hisap dibungkus dengan kertas pembungkus dan beri tanda pada bagian ujung dan pangkal. Cawan petri dan pipet hisap dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 170ºC. Cawan petri dan pipet hisap dikeluarkan, sebelum dipakai cawan petri dan pipet hisap ditunggu hingga dingin.
3.2.3. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar
Filtrat kentang sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Bubuk agar ditimbang pada timbangan sebanyak 10 gram, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dextrose ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Medium dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer, setelah itu ditutup dengan kapas yang sudah dibungkus dengan alumunium foil dan dimasukkan ke dalam autoklaf untuk di sterilisasi.
3.2.4. Perhitungan Jumlah Mikroba
Cawan petri yang dibungkus dalam kertas pembungkus dikeluarkan, lalu pilih cawan petri yang akan dihitung jumlah koloninya. Koloni yang bergabung menjadi satu membentuk koloni yang besar dihitung satu koloni dan koloni yang membentuk suatu deretan terlihat seperti garis tebal dihitung satu koloni. Koloni dihitung menggunakan jarum ose, lalu koloni yaang sudah dihitung diberi tanda dengan menggunakan spidol hitam agar tidak terjadi peritungan ganda.
3.2.5. Pewarnaan Gram
Kaca objek dibersihkan dengan alkohol, lalu ujung jarum ose dibakar hingga panas kemudian didinginkan. Mikroba diambil dalam jumlah kecil menggunakan ujung jarum ose, kemudian mikroba yang telah diambil disebar pada air diatas kaca objek. Fiksasi dengan memanaskannya di atas pemanas bunsen, setelah kering violet cristal (Gram A) diteteskan menggunakan pipet tetes di atas sampel bakteri pada kaca objek dan di diamkan selama 1 menit. Kaca objek dibilas dengan aquades dengan cara kaca objek dipegang secara miring, sisa aquades yang masih tersisa dibuang. Kaca objek ditetesi menggunakan lugol (Gram B) dan di diamkan selama 2 menit, lalu kaca objek dibilas dengan aquades dan warna dihilangkan menggunakan etanol (Gram C) hingga warna biru tidak luntur lagi. Kaca objek dibilas dengan aquades, kemudian kaca objek ditetesi menggunakan safranin (Gram D) dan didiamkan selama 30 detik. Kaca objek dibilas dengan aquades, kemudian dikeringkan menggunakan tisu. Kaca objek diletakkan di atas meja mikroskop dan diamati dengan perbesaran 100X.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.    Sterilisasi
4.1.1. Sterilisasi kering
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada sterilisai kering menggunakan oven sebagai pemanas dengan tujuan untuk membunuh bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Panjaitan (2017) yang menyatakan bahwa sterilisasi panas kering berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi protein. Alat-alat yang disterilisai kering adalah enam pipet hisap dan tiga pasang cawan petri yang sudah dibungkus kertas lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 170 ºC selama 1 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Warbung dkk. (2013) yang menyatakan bahwa sterilisasi kering terjadi konduksi panas menggunakan oven selama 1 jam pada suhu 170 ºC yang menyebabkan dinding sel mikroba melebar karena suhu yang terlalu panas, kemudian mengalami lisis dan protein untuk nutrisi mikroba akan terdenaturasi sehingga tidak dapat digunakan mikroba untuk bertahan hidup.

4.1.2. Sterilisasi basah
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada sterilisasi basah yang merupakan sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan didalam autoklaf dimana yang disterilisasi merupakan medium agar dan aquades yang sudah ditutup rapat dengan suhu 121 °C dan tekanan 2 atm selama 15-30 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Chandra dkk. (2011) yang menyatakan bahwa sterilisasi basah pada autoklaf bersuhu 121°C, tekanan 2 selama sekitar 15 menit untuk mensterilisasikan medium sebelum digunakan untuk isolasi bakteri. Sterilisasi basah berlangsung, bakteri akan mengalami koagulasi atau penggumpalan yang selanjutnya bakteri akan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasi dkk. (2015) yang menyatakan bahwa sterilisasi di dalam autoklaf akan membuat sel bakteri mengalami koagulasi.

4.2.    Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
          Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan medium PDA atau Potato Dextrose Agar  adalah suatu medium yang terbuat dari bahan dasar kentang yang kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan kapang dan bakteri. Hal ini sesui dengan pendapat Rahmi (2013) yang menyatakan bahwa media PDA adalah media yang kaya akan nutrisi yang digunakan sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi mikroba. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah kentang, agar dan dextrose. Hal ini sesuai dengan pendapat Utari dkk. (2015) yang menyatakan bahwa media Potato Dextrose Agar (PDA) dibuat dengan menggunakan bahan seperti kentang, agar-agar dan aquades dengan komposisi kentang sebanyak 200 g, agar-agar sebanyak 15 g dan aquades sebanyak 1 L. Pembuatan medium PDA diperoleh nila pH sekitar 6,9-7,2. Hal ini sesuai dengan pendapat Bawinto dkk. (2015) yang menyatakan bahwa dala pembuatan medium PDA yang baik adalah sekitar 6,8-8,0 sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik, karena pH yang dibutuhkan oleh mikroba adalah pH netral. Medium PDA lebih sering digunakan karena medium PDA yang sudah jadi cenderung harganya sangat mahal. Hal ini sesuai dengan pendapat Aini dan Triastuti (2015) yang menyatakan bahwa media PDA instan dapat mencapai harga sekitar 680.000 hingga 1.200.000 rupiah mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif yang harganya terjangkau dan barangnya mudah didapat. Dextrose merupakan golongan karbohidrat monosakarida sedangkan kentang merupakan golongan karbohidrat polisakarida. Hal ini sesuai dengan pendapat Nofianti (2016) yang menyatakan bahwa dextrose atau gula merupakan kelompok karbohidrat monosakarida sehingga menyebabkan mikroba mencerna dextrose terlebih dahulu daripada kentang.

4.3.    Penghitungan Jumlah Mikroba
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan jumlah mikroba yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri
Sampel
Medium
Metode
Pengenceran
SPC
(cfu/ml)
10-4
10-5
10-6
Hati ayam
PDA
Pour Plate
10 koloni
7 koloni
2 koloni
1x105 cfu/ml
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2018.

          Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil dari pengenceran 10-4 adalah 10 koloni, pengenceran 10-5 adalah 7 koloni dan pada pengenceran 10-6 adalah 2 koloni, sehingga diperoleh hasil cemaran dari mikroba adalah 1,0 × 105 cfu/ml. Hasil tersebut diperoleh dari pengenceran 10-4 karena sesuai dengan salah satu peraturan perhitungan SPC yaitu jika jumlah koloni kurang dari 30 maka digunakan faktor pengenceran terendah. Hal ini sesuai dengan pendapat  Purnamasari dkk. (2013) yang menyatakan bahwa jika perhitungan koloni kurang dari 30 dari semua pengenceran maka SPC ditentukan dari perhitungan pengenceran terendah. Hasil perhitungan jumlah SPC bakteri melalui uji mikrobiologis pada sampel hati ayam, jumlah bakteri masih di atas ketentuan yang ditetapkan oleh SNI 01-6366-2000. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman dkk. (2015) yang menyatakan bahwa menurut SNI 01-6366-2000 perhitungan SPC pada sampel hati ayam maksimal 1,0 × 104. Jumlah bakteri yang melebihi batas tersebut disebabkan oleh cemaran mikroorganisme yang terakumulasi pada pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Supartono dkk., (2009) yang menyatakan bahwa mikroorganisme berasal dari pakan dan lingkungan ketika ayam masih hidup. Jumlah koloni dihitung dengan jumlah koloni yang terlihat pada cawan petri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk. (2015) yang menyatakan bahwa pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati koloni yang menempel pada cawan petri.





4.4.    Pewarnaan Gram
4.4.1. Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus










Bentuk   : Bulat (Coccus)
Koloni   : Ada
Warna    : Ungu
Gram     : Positif





Bentuk   : Bulat (Coccus)
Koloni   : Ada
Warna    : Ungu
Gram     : Positif

Sumber  : Data Primer Praktikum
                 Mikrobiologi, 2018.
Sumber  : Elvira dkk., 2017.
Ilustrasi 1. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Positif Perbesaran 100 ×.

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pewarnaan gram terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dinyatakan bahwa bakteri Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif  karena menghasilkan warna ungu pada kaca objek. Hal ini sesuai dengan pendapat James (2008) yang menyatakan bahwa bakteri gram positif dapat mempertahankan zat violet cristal dan menjadi warna ungu. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan sebanyak 90% selebih nya adalah asam teikoat. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina dkk. (2013) yang menyatakan bahwa dinding sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan dan sisanya asam teikoat. Sel bakteri gram positif terlihat berwarna biru keunguan karena dapat membentuk ikatan  komplek dengan pewarna pertama yaitu komplek ungu kristaliodium. Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat dan berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari (2014) yang menyatakan bahwa Staphylococcus aureus berwarna ungu.

4.4.2. Escherichia coli
Berdasarkan praktikum pewarnaan bakteri Escherichia coli diperoleh hasil sebagai berikut :
Escherichia coli
Escherichia coli




Bentuk : Batang (Basil)
Koloni  : Ada
Warna  : Pink
Gram    :Negatif
e coli.png




Bentuk : Batang (Basil)
Koloni  : Ada
Warna  : Pink
Gram    :Negatif
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2018.
Sumber : Dewi, 2010.
Ilustrasi 2.  Gambar Pengamatan Bakteri Gram Negatif Perbesaran 100 ×

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pewarnaan gram terhadap bakteri Escherichia coli didapatkan warna merah yang disebabkan oleh pewarna safranin merupakan indikator bakteri gram negatif dan berbentuk  batang (bacil). Hal ini sesuai dengan pendapat Safrida dkk. (2012) yang menyatakan bahwa bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah muda karena tidak mampu mengikat violet cristal dan hanya terwarnai oleh safranin. Bakteri gram negatif lebih banyak mengandung lipid daripada peptidoglikan, peptidoglikan yang dimiliki hanya sekitar 5-20%, sisanya adalah polisakarida. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina dkk. (2013) yang menyatakan bahwa dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari 5-20% peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.    Simpulan
Berdasarkan hasil praktium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa  sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme terhadap alat dan bahan yang akan digunakan. Sterilisasi dibagi menjadi dua metode yaitu sterilisasi kering dengan oven dan sterilisasi basah dengan autoklaf. Percobaan Pembuatan PDA merupakan suatu medium yang dapat menumbuhkan bakteri dan kapang karena mengandung nutrisi yang kompleks. Percobaan Metode Hitung Cawan mendapatkan jumlah mikroba sebesar 1×105 cfu/ml melalui perhitungan SPC. Percobaan Pewarnaan Gram diperoleh hasil bahwa Staphylococcus aureus diketahui gram positif sedangkan pada bakteri Escherichia Coli  termasuk gram negatif.

5.2.    Saran
Praktikum mikrobiologi acara sterilisasi sebaiknya praktikan menggunakan masker dan sarung tangan supaya setelah alat-alat disterilisasi kering maupun basah tidak ada bakteri yang timbul akibat sentuhan yang dilakukan praktikan.



DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D., C. Yulvizar dan R. Nursanty. 2013. Isolasi dan karakterisasi bakteri pada ikan kembung (Rastrelliger sp.) asin berkitosan. J. Biospecies. 6 (1): 15-19.
Aini, N., dan T. Rahayu. 2015. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII  Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Hal. 861-866.
Akrom, A. I. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Benalu Alpukat (Scurrula philippensis) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi).
Arini, L. D. D. 2017. Pengaruh pasteurisasi terhadap jumlah koloni bakteri pada susu segar dan UHT sebagai upaya menjaga kesehatan. J. Ilmu Kesehatan. 4 (1): 119-132.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Batas Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. SNI 01-6366-2000. Jakarta.
Bawinto, A. S., E. Mongi dan B. E. Kaseger. 2015. Analisa kadar air, pH, organoleptic dan kapang pada produk ikan tuna (Thunnus sp) asap, di kelurahan Girin Bawah, Kota Bitung, Sulawesi Utara. J. Media Teknologi Hasil Perikanan. 3 (2): 56-65.
Budiman, H., T. R. Ferasyi., Tapielaniari., M. N. Salim., U. Balqis dan M. Hambal. 2015. Pengamatan lesi makroskopis pada hati ayam broiler yang dijual di pasar lambaro Aceh besar dan hubungannya dengan keberadaan mikroba. J. Medika Veterinaria. 1 (9): 51-53.
Chandra, R., T. Winata dan E. Evacuasiny. 2011. The Antifungal Activity of Celery Herb Extracts (Apium graveolens L.) Againts Candida albicans Invitro. J. Medika Planta. 3 (1): 41-48.
Dewi, E. R. S. 2014. Pertumbuhan kultur probiotik hasil isolat bakteri non patogen dalam berbagai jenis media. J. Bioma. 1 (3): 53-65.
Dewi, F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifola, Linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).
Elvira, N., Puspawati dan D. A. A. Wibawa. 2017. Identifikasi Staphylococcus aureus dan uji sensivitas terhadap antibiotik dari sampel darah pasien sepsis di RSUD dr. Moewardi. J. Biomedika. 10 (1): 23-29.
Fahril, M. 2017. Analisis Hasil Fermentasi Susu Sapi dengan Penambahan Sari Buah Belimbing (Averrhoa carambola L) Menggunakan Bakteri Asam Laktat (Lacotabacillus bulgaricus). Sekolah Vokasi  Program Studi Teknik Kimia, Umiversitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Febriyanti, L. E., M. Martosudiro dan T. Hadiastono. 2015. Pengaruh plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) terhadap infeksi peanut stripe virus (PStV), pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas gajah. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1): 84-92.
Fitri, L., dan Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri kitinoliti. J. Ilmiah Pendidikan Biologi. 2 (3): 20-25.
Ginting, E. C. B. R. 2017. Penentuan pH dan Kadar Asam Laktat pada Minuman Coklat Hasil Fermentasi yang di Sterilisasi dengan Autoklaf. Sekolah Vokasi  Program Studi Teknik Kimia, Umiversitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Hasanah, N. M. 2017. Evaluasi Parameter Fisikokimia Yoghurt Susu Kacang Tanah terhadap Pengaruh Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi. Sekolah Vokasi  Program Studi Teknik Kimia, Umiversitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Hidayat, I. R., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2013. Total bakteri asam laktat, nilai pH dan sifat organoleptik drink yoghurt dari susu sapi yang diperkaya dengan ekstrak buah mangga. J. Animal Agriculture. 2 (1): 160-167.
James, J., C. Baker dan Helen S., 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Erlangga Medical Sains, Jakarta. 
Jauhari, L. T. 2010. Seleksi dan Identifikasi Kapang Endofit Penghasil Antimikroba Penghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi).
Kasi, Y. A., J. Posangi., P. M. Wowor dan R. Bara. 2015. Uji efek antibakteri jamur endofit daun mangrove avicennia marina terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae. J. e-Biomedik. 1 (3): 112-117.
Kharisma, A., dan A. Manan. 2012. Kelimpahan bakteri Vibrio sp. pada air pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai deteksi dini serangan penyakit vibriosis. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2): 129-135.
Maija, F., O. Lambui dan R. Pitopang. 2016. Uji daya hambat ekstrak daun tumbuhan Harrisonia perforata (blanco) merr. terhadap pertumbuhan  bakteri Staphylococcus aureus. J. Biocelebes. 1 (10): 18-26.
Nofianti., Saryono., C. Jose dan A. Linggawati. 2016. Penentuan media produksi senyawa antimikrobial endofit dari Fusarium oxysphorum lbkurcc41  umbi tanaman dahlia (Dahlia variabilis). J. Indonesian Chemia Acta. 1 (6): 5-9.
Panjaitan, Y. R. 2017. Uji Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Putihan (Chromolaena odorata) dengan Siprofloksasin terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Skripsi).
Pratiwi, B. N., L. Sulistyowati., A. Muhibuddin dan A. Kristini. 2013. Uji pengendalian penyakit pokahbung (Fusarium monolifermae) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum) menggunakan Trichoderma sp. Indigenous secara in vitro dan in vivo. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1): 119-129.
Purnamasari, R., Umrah dan M. Alwi. 2013. Analisis Mikrobiologi Stik Kentang Goreng  di Cafe Lesehan Talise Palu . J. Biocelebes. 2 (7): 30-39.
Purwa, N., Junianto dan T. Herawati. 2012. Karakteristik bakteri Caviar nilem dalam perendaman campuran larutan asam asetat dengan larutan garam pada penyimpanan suhu rendah (5-10ºC). J. Perikanan dan Kelautan. 4 (3): 171-175.
Putri, O. S. D., I. R. Sastrahidayat dan S. Djauhari. 2014. Pengaruh metode inokulasi jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersic(Sacc.) terhadap kejadian penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (2): 74-81.
Rachmawati, A. Y. 2009. Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Plus Bakterisida Sintetis atau Nabati Untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Terbawa Benih serta Meningkatkan Viavilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Rahmi, A., dan I. Asterina.2013.Isolasi dan Idintifikasi Kapang Endofit dari tanaman obat surian (Tooha sinensis). J. ISTEK.7 (2) : 32-44.
Ranseleleh, T. A., R. R. A. Mahesni., P. Sugita  dan W. Manalu. 2013. Kandungan mikroba daging kelelawar yang diolah sebagai bahan pangan tradisional. J. Veteriner 14 (3): 294-302.
Redha, Q. A., S. Djuhari dan L. Sulistyowati.2014. Keanekaragaman Jamur endofit daun kangkung darat (Ipomea reptans poir) pada lahan pertanian organik dan konvensional. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 2 (1): 19-28.
Rochman, A. 2015. Perbedaan proporsi dedak dalam media tanam terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus florida). J. Agribisnis. 11 (13): 56-67.
Risakawati. 2010. Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Air Kanal Al-Markaz Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makasar. (Skripsi).

Safitri, M. F., dan A. Swarastuti. 2013. Kualitas kefir berdasarkan konsentrasi kefir grain. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 2 (2): 87-92.
Safrida, Y. D., C.Yulvizar dan C. N. Devira. 2012. Isolasi dan karakterisasi bakteri berpotensi probiotik pada ikan kembung (Rastrelliger sp.). J. Depik. 1 (3): 200-203.
Sari, K. D. P. 2017. Potensi Penggunaan Media Teknis sebagai Pengganti Media Sea Water Complete (SWC) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. D2.2. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Lampung. (Skripsi).
Sitorus, R. N. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi Daun Sendok (Plantago major L.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Fakultas Farmasi, Universitas Sumatra Utara, Medan. (Skripsi).
Sudarsono, A. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada Ikan Laut dalam Spesies Ikan Gindara (Lepidocibium flavobronneum). Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor. (Skripsi).
Supartono, W., S. Raharjo dan S. Iskandar. 2009. Evaluasi karkas dan rumah potong ayam lokal di beberapa Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. J. Agritech. 4 (23): 184-189.
Taurisia, P. P., W. Proborini dan I. Nuhantoro. 2015. Pengaruh media terhadap pertumbuhan dan biomassa cendawan Alternaria alternate (Fries) Keissler. J. Biologi. 19 (1): 30-33.
Utari, N. M. W., I. P. Sudiarta dan I. G. N. Bagus. 2015. Pengaruh media dan umur biakan jamur Metarhizium anisopliae M. Terhadap tingkat kematian larva Oryctes rhinoceros L. ( Scarabaeidae ; Coleopatra). J. Agroekoteknologi Tropika 2 (4): 160-169.
Wahyudi, A. T., S. Meliah dan A. A. Nawangsih. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi : isolasi, karakteristik dan telah mutagenesis dengan transposon. J. Makara Sains. 1 (15): 89-96.

Warbung, Y. Y., V. N. S. Wowor dan J. Posangi. 2013. Daya hambat ekstrak spons laut (Callyspongia sp) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. J. e-GIGI. 1 (2): 1-12.
Wulandari, M. A. 2014. Potensi Antibakteri dan Bioautografi Ekstrak Etanol Daun Bintaro (Carbera Odollam Gaertn.) terhadap Salmonella Typhi dan Staphylococcus Aureus. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi).
Yunita, M., Y. Hendrawan dan R. Yulianingsih. 2015. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada makanan penerbangan (Aerofood ACS) garuda indonesia berdasarkan TPC (Total Plate Count) dengan metode pour plate. J. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3 (3): 237-248.





















 



LAMPIRAN
1.      Gambar dan Fungsi Alat

Gambar Alat
Nama Alat
Fungsi

Tabung Reaksi
Sebagi tempat pengenceran  atau digunakan tempat menyimpan media

Jarum Ose
Memindahkan mikroorganisme yang akan dibiakkan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6LNjULRRUN541O_p4L_55QbJHjhx3fXB0j968fmShS-7fIaU1ElsIxW51V2kkEeA5ORRiI_ihuwew9v92q9lzSmurFLFZZIsAzBQn2YKMzCoBrm_Eyd_rjknj1sH0QEX6vEUUAHXZLDns/s1600/Cawan+Petri.jpg

Cawan Petri
Untuk tempat perkembangbiakan mikroba
  
Kaca Objek
Untuk meletakkan objek yang akan diamati di mikroskop

Erlenmeyer
Untuk menampung larutan, bahan atau cairan

Pipet Hisap
Untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui

Penghisap
Untuk menghisap larutan masuk ke pipet hisap

Autoklaf
Untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi

Oven
Sebagai alat sterilisasi dengan menggunakan panas kering

Gelas Ukur
Untuk mengukur volume suatu cairan
0_c9e3b04d-f2e9-4e66-8664-a3a4faca1f28_408_360


Gelas Beker
Untuk preparasi media media dan menampung akuades

Mortar dan alu
Untuk menumbuk atau menghancurkan sampel

Timbangan
Untuk menimbang media dan juga sample
https://tse3.mm.bing.net/th?id=OIP.kt-QtvlPLi1zjPv-zQoBrgHaJ4&pid=15.1&P=0&w=300&h=300

Bunsen
Untuk  menciptakan kondisi yang steril dan memijarkan jarum ose

Mikroskop
alat untuk melihat objek yang sangat kecil atau mikrokopis
https://www.btlabsystems.com/image/cache/catalog/BT1005-500x500.jpg

Magnetic Stirrer
Untuk  menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan


Kertas Saring
Untuk memisahkan cairan dari bahan padat

Kertas Lakmus
Untuk  mengetahui derajat keasaman atau pH media

Pisau
Untuk  mengupas dan memotong bahan medium (kentang)




2.      Perhitungan  Standard Plate Count (SPC)

Sampel
Medium
Metode
Pengenceran
SPC(CFU/ml)
10-.4
10-5
10-6
Daging Ayam Pasar
PDA
Pour Plate
10
7
2
1,0 × 105


10-4 = 10 ×  = 1,0 × 105

10-5 = 7 ×  = 7,0 × 104

10-6 = 2 ×  = 2,0 × 104


Karena semua hasil kurang dari 30, maka yang digunakan adalah pengenceran terendah yaitu di pengenceran 10-4.


         CFU/ml


3.        Fotocopy Hasil Praktikum









Komentar

Postingan populer dari blog ini

keutamaan di bulan ramadhan