Laporan Praktikum Mikrobiologi - FPP Undip
STERILISASI,
PEMBUATAN MEDIUM, PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PEWARNAAN GRAM
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
|
Disusun
oleh :
Kelompok
VIIIB
Agus Miftah 23010117120038
Syahreza Diva Dwitama 23010117140011
Andika Rahmat Septiyanto 23010117140039
Nadhira Octafina 23010117140027
PROGRAM
STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2018
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul :
STERILISASI, PEMBUATAN MEDIUM, PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA DAN PEWARNAAN GRAM
Kelompok :
VIIIB (DELAPAN)B
Program Studi : S1 PETERNAKAN
Fakultas :
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Tanggal Pengesahan : APRIL
2018
Menyetujui,
Koordinator Asisten Asisten
Pembimbing
Praktikum
Mikrobiologi
Mei Try Cahyaningrum Rani
Oktaviani Saraswati NIM. 23010115130139 NIM. 23010115120042
Mengetahui,
Kordinator
Umum Mikrobiologi
Dr. Dra Turrini Yudiarti, M. Sc.
NIP. 19591202 198703 2 002
RINGKASAN
Kelompok VIIIB.
2018.
Sterilisasi, Pembuatan Medium, Penghitungan Jumlah Mikroba dan Pewarnaan Gram. (Asisten
Pembimbing : RANI OKTAVIANI SARASWATI).
Praktikum Mikrobiologi dengan materi
Sterilisasi dan Pembuatan Medium dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 21 april
2018, pukul 15.00-18.00 WIB dan materi Metode Hitungan Cawan dan Pewarnaan Gram
dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 22 april 2018, pukul 10.00-12.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi dalam praktikum mikrobiologi
meliputi alat yaitu tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, pipet tetes, pipet
hisap, gelas ukur, gelas beker, pisau, kertas lakmus, waterbath, magnetic stirrer, kain saring, inkubator, mortar dan
alu, autoklaf, oven, bunsen, korek api, jarum ose, mikroskop dan kaca objek. Bahan
yang digunakan yaitu kentang, aquades,
dextrose, serbuk agar, kertas
pembungkus, alumunium foil,
kapas, alkohol, hati ayam, violet cristal,
lugol, etanol dan safranin. Metode yang dilakukan dalam praktikum yaitu
sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 170ºC, sterilisasi basah
dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC, pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA), perhitungan jumlah mikroba yaitu menghitung jumlah SPC
mikroba pada hati ayam dengan metode hitungan
cawan dan pewarnaan gram dengan menggunakan violet
cristal, lugol, etanol dan safranin.
Hasil yang diperoleh dari praktikum
mikrobiologi yaitu kesterilan pada alat dan medium yang digunakan, medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan
suatu medium yang terbuat dari kentang yang kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri dan kapang, perhitungan jumlah bakteri pada hati ayam dengan metode hitungan
cawan diperoleh hasil 1,0 × 105 cfu/ml hasil tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan SNI 01-6366-2000 yakni perhitungan SPC pada
hati ayam maksimal 1,0 × 104 cfu/ml karena disebabkan oleh cemaran
mikroorganisme pada pakan, pada uji pewarnaan Gram diperoleh bahwa Staphylococcus aureus termasuk Gram
positif, berwarna ungu sedangkan Escherichia
coli termasuk Gram negatif dan berwarna pink.
Simpulan dari praktikum ini adalah sterilisasi dibagi menjadi dua metode yaitu
sterilisasi kering dan sterilisasi basah, medium PDA merupakan suatu medium
untuk menumbuhkan kapang dan bakter, metode hitungan cawan diperoleh hasil 1,0
× 105 cfu/ml pada perhitungan SPC, Staphylococcus aureus termasuk Gram positif sedangkan Escherichia coli termasuk Gram negatif.
Kata
kunci : Medium, Mikroba, Pengenceran, Pewarnaan, Sterilisasi
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Resmi
Praktikum Fisiologi Ternak ini dengan baik.
Penyusun
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc selaku Dosen
Koordinator Praktikum Mikrobiologi, Mei Try Cahyaningrum selaku Koordinator Umum Asisten Mikrobiologi, Rani Oktaviani
Saraswati selaku Asisten Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran
selama praktikum dan penyusunan laporan Praktikum Mikrobiologi. Penyusun dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membimbing dalam penyusunan laporan.
Penyusun
menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya, untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meyempurnaan laporan. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Semarang, April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN................................................................................................... iii
KATA
PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR
ILUSTRASI......................................................................................
viii
DAFTAR
LAMPIRAN..................................................................................... ix
BAB
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.1. Sterilisasi....................................................................................... 2
2.2. Pembuatan Medium...................................................................... 3
2.3. Metode Hitungan Cawan.............................................................. 4
2.4. Pewarnaan Gram........................................................................... 6
BAB
III. MATERI DAN METODE................................................................. 8
3.1. Materi............................................................................................ 8
3.2. Metode.......................................................................................... 9
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 12
4.1. Sterilisasi....................................................................................... 12
4.2. Pembuatan Medium Potato
Dextrose Agar (PDA)...................... 13
4.3. Penghitungan Jumlah Mikroba..................................................... 14
4.4. Pewarnaan Gram........................................................................... 16
BAB
V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 19
5.1. Simpulan....................................................................................... 19
5.2. Saran............................................................................................. 19
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 20
LAMPIRAN...................................................................................................... 25
DAFTAR
TABEL
Nomor Halaman
1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri...........................................................
14
DAFTAR
ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Positif Perbesaran
100 kali............. 16
2. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Negatif Perbesaran
100 kali........... 17
DAFTAR
LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Gambar dan Fungsi Alat..........................................................................
25
2. Perhitungan Standard Plate Count (SPC)............................................... 31
3. Fotokopi Hasil Praktikum........................................................................
31
BAB
I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dari organisme yang sangat kecil yang
disebut mikroorganisme. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak dimana
saja dengan ketentuan ada cukup nutrisi dan medium yang tepat. Sterilisasi
adalah suatu tindakan untuk membebaskan alat-alat dan bahan dari jasad renik
dan segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba. Medium adalah suatu
substrat dimana mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak pada lingkungan
hidup yang sesuai. Mikroorganisme ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang
bersifat merugikan, untuk mengetahui sifat-sifat dan jenis mikroorganisme
tersebut dilakukan pengujian pewarnaan gram.
1.1. Tujuan
Untuk mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara
mensterilkan alat dan medium, menghitung jumlah koloni pada mikroorganisme dan
mampu mengetahui cara pewarnaan gram.
1.2.
Manfaat
Untuk mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara mensterilkan alat dan
medium, dapat menghitung jumlah koloni pada mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dengan menggunakan metode
hitungan cawan serta bisa mengidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli dengan cara pewarnaan gram.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu
proses atau tindakan untuk membebaskan suatu alat atau bahan dari jasad renik
dan semua bentuk kehidupan terutama mikroba. Fungsi sterilisasi adalah untuk
membunuh semua bentuk mikroorganisme termasuk sporanya pada alat-alat yang
disterilkan (Fahril, 2017). Sterilisasi dibagi menjadi tiga yaitu sterilisasi
secara fisik, sterilisasi secara kimia dan sterilisasi secara mekanik (Hasanah,
2017). Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan
dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya (Ginting, 2017).
2.1.1.
Sterilisasi kering
Sterilisasi
kering terjadi melalui
mekanisme konduksi panas yang dihasilkan oleh oven pada suhu 170ºC selama 1 jam
(Warbung dkk., 2013). Prinsip kerja panas kering adalah panas dari oven
menyebabkan denaturasi protein pada mikroba (Sitorus, 2017). Alat-alat yang disterilisasi kering
adalah cawan petri dan pipet hisap (Kharisma dan Manan, 2012).
2.1.2.
Sterilisasi basah
Sterilisasi basah dilakukan menggunakan
autoklaf pada suhu 121ºC selama 15-20 menit (Chandra dkk., 2011). Alat-alat
yang disterilisasi basah adalah tabung reaksi dan erlenmeyer yang sudah terisi
sampel (Rochman, 2015). Prinsip sterilisasi basah adalah panas dari autoklaf menyebabkan
terjadinya proses koagulasi protein (Akrom, 2010). Fungsi dari strerilisasi basah adalah untuk mensterilkan alat-alat yang
rentan terhadap panas (Kasi dkk., 2015).
2.2.
Pembuatan Medium
Media adalah suatu wadah
yang berisi substrat yang komposisinya terdiri atas nutrien tertentu yang
diperlukan untuk menumbuhkan, mengembangbiakan dan sifat-sifat bakteri (Dewi,
2014). Komposisi nutrisi media mengandung sumber karbon, nitrogen, belerang,
fosfat, vitamin dan air (Sari, 2017). Contoh pembuatan medium adalah medium Nutrien Agar (NA), medium Glucose
Nutrien Agar (GNA), medium Nutrien
Broth (NB), medium Potato Dextrose
Agar (PDA), medium Maltosa Yeast
Extract Broth (MYB) (Riskawati, 2010).
2.2.1.
Pembuatan medium Potato Dextrose Agar
(PDA)
Media PDA (Potato
Dextrose Agar) adalah suatu media yang kaya akan nutrisi digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan jamur, kapang
dan bakteri (Pratiwi dkk., 2013). Media
PDA berfungsi untuk menumbuhkan kapang pada suatu medium (Putri dkk., 2014). Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) adalah kentang segar, dextrose (gula), agar dan aquades
steril
(Redha dkk. 2014). Kegunaan kentang adalah sebagai medium yang memiliki nutrisi
yang baik dan harga lebih terjangkau, memiliki fungsi sebagai medium yang
mempunyai tekanan osmosis dan permukaan tegang sedangkan dextrose berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada mikroba yang akan
dibiakkan (Taurisia dkk., 2015). Pembuatan PDA adalah PDA sebanyak 1,95 gram dilarutkan dengan 50 ml aquades dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
Media tersebut dicampur sampai merata dengan cara pengadukan dan pemanasan
menggunakan hot plate and stirrer dan microwave. Campuran media tersebut
dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian
disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 ºC, tekanan 1 atm selama 15 menit. Tabung
reaksi yang telah disterilisasi tersebut diletakkan dalam posisi miring,
sehingga saat media menjadi padat akan terbentuk media agar miring dalam tabung
reaksi (Jauhari, 2010).
2.3.
Metode Hitungan Cawan
Metode hitungan cawan
merupakan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah sel mikroba hidup yang
tumbuh dan membentuk koloni pada cawan yang diberi medium agar tanpa harus
menggunakan mikroskop
(Safitri dan Swarasuti, 2013). Metode hitungan cawan ini berguna untuk menghitung total bakteri asam laktat yang tumbuh pada media
(Hidayat dkk., 2013). Prinsip metode hitungan cawan adalah jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan dalam suatu medium akan membentuk koloni yang bisa dihitung ( Purwa dkk., 2012).
(Safitri dan Swarasuti, 2013). Metode hitungan cawan ini berguna untuk menghitung total bakteri asam laktat yang tumbuh pada media
(Hidayat dkk., 2013). Prinsip metode hitungan cawan adalah jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan dalam suatu medium akan membentuk koloni yang bisa dihitung ( Purwa dkk., 2012).
2.3.1.
Pengenceran dan Metode Tuang (Pour Plate)
Pengenceran dilakukan untuk memperkecil jumlah
bakteri dan memudahkan menghitung jumlah koloni yang terbentuk (Maija dkk., 2016). Metode tuang
merupakan metode isolasi bakteri dengan cara suspensi bakteri yang telah
melalui pengenceran bertingkat ditetesi ke dalam cawan petri kemudian
dituangkan dengan medium agar (Febriyanti dkk., 2015). Teknik isolasi mikroba
dengan cara metode tuang adalah pertama, 1 ml sample yang akan diuji
dipindahkan dengan pipet steril kedalam larutan 9 ml aquades untuk mendapatkan
pengenceran 10-2. Kedua, lakukan hal yang sama seperti pada pengenceran 10-3 dan 10-4.
Ketiga, 1 ml suspensi (media kultur) dari setiap pengenceran diinokulasikan
pada cawan petri kosong. Keempat, tuangkan media agar yang masih cair. Kelima,
campurkan media dengan sampel dengan memutar cawan petri mengikuti pola angka
delapan. Keenam, inkubasi sampel pada suhu 37ºC selama 1 hari. Ketujuh, hasil
pertumbuhan koloni pada media agar. Kedelapan, jumlah TPC dihitung dengan
menggunakan Coloni Counter.
Kesembilan, didapatkan hasil TPC (Yunita dkk., 2015).
2.3.2.
Perhitungan mikroba berdasarkan Standard
Plate Count (SPC)
Jumlah koloni yang
terlihat pada cawan petri setelah dilakukan isolasi bakteri, dihitung dengan
metode standard plate count (Yunita dkk., 2015). Cara
perhitungan standard plate count
yaitu dengan cara jumlah koloni dikalikan dengan satu per faktor perngenceran (Ransaleleh
dkk., 2013). Hasil
perbandingan perhitungan SPC dari pengenceran tertinggi dengan pengenceran
terendah sama dengan dua, maka ditentukan nilai rata-ratanya dan jika hasil
perbandingannya lebih dari dua, maka ditentukan hasil dari pengenceran terendah
(Arini, 2017).
2.4.
Pewarnaan Gram
Uji pewarnaan gram adalah
salah satu metode mengidentifikasi bakteri yang diteliti termasuk Gram positif
atau Gram negatif (Rachmawati, 2009). Fungsi pewarnaan gram adalah untuk
melihat jenis dan bentuk bakteri
(Wahyudi dkk., 2011). Cara pewarnaan Gram adalah aquades diteteskan pada kaca objek yang diatasnya ada mikroba, lalu difiksasi di atas api. Violet cristal ditetskan menggunakakan pipet tetes diatas sampel bakteri pada kaca objek dan biarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, kemudian tetesi lugol biarkan selama satu menit dan kembali dicuci dengan air mengalir. Kaca objek ditetesi alkohol 96% biarkan selama 10-20 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan safranin biarkan selama 20-30 detik , kemudian dicuci lagi dengan air mengalir. Tahap selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan kertas serap dan tambahkan minyak emersi dan amati di bawah mikroskop. Hasil pewarnaan diperoleh bakteri berwarna merah maka bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif, sedangkan bila diperoleh bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut adalah gram positif (Fitri dan Yasmin, 2011).
(Wahyudi dkk., 2011). Cara pewarnaan Gram adalah aquades diteteskan pada kaca objek yang diatasnya ada mikroba, lalu difiksasi di atas api. Violet cristal ditetskan menggunakakan pipet tetes diatas sampel bakteri pada kaca objek dan biarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, kemudian tetesi lugol biarkan selama satu menit dan kembali dicuci dengan air mengalir. Kaca objek ditetesi alkohol 96% biarkan selama 10-20 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan ditambahkan safranin biarkan selama 20-30 detik , kemudian dicuci lagi dengan air mengalir. Tahap selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan kertas serap dan tambahkan minyak emersi dan amati di bawah mikroskop. Hasil pewarnaan diperoleh bakteri berwarna merah maka bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif, sedangkan bila diperoleh bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut adalah gram positif (Fitri dan Yasmin, 2011).
2.4.1.
Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif dapat mempertahankan zat violet
cristal dan menjadi warna ungu contohnya Staphylococcus aureus. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang mengandung
peptidoglikan sebanyak 90% selebihnya adalah asam teikoat (James, 2008). Dinding sel bakteri gram
positif mengandung 90% peptidoglikan dan sisanya asam teikoat. Sel bakteri gram
positif terlihat berwarna biru keunguan karena dapat membentuk ikatan komplek dengan pewarna pertama yaitu komplek
ungu kristaliodium (Agustina dkk. 2013).
2.4.2.
Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah muda karena
tidak mampu mengikat violet cristal dan hanya terwarnai oleh safranin contohnya Escherichia coli (Safira dkk. 2012). Bakteri gram negatif
lebih banyak mengandung lipid daripada peptidoglikan, peptidoglikan yang
dimiliki hanya sekitar 5-20%, sisanya adalah polisakarida. Dinding sel bakteri gram
negatif terdiri dari 5-20% peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida
(Agustina dkk. 2013).
(Agustina dkk. 2013).
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Praktikum mikrobiologi
dengan materi sterilisasi dan pembuatan medium dilaksanakan
pada tanggal 21 April
2018 pukul
15.00 - 18.00
WIB dan materi penghitungan jumlah mikroba dan pewarnaan gram dilaksanakan pada
tanggal 22 April 2018
pukul 10.00 - 12.00
WIB di Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro.
3.1.
Materi
Alat
yang digunakan dalam praktikum sterilisasi dan pembuatan medium adalah tabung
reaksi untuk melakukan pengenceran bertingkat, cawan petri untuk meletakkan medium PDA,
erlenmeyer untuk tempat pembuatan medium,
pipet ukur untuk memindahkan sampel,
pipet hisap, gelas ukur untuk mengukur bahan, gelas beker, kertas lakmus untuk mengukur pH medium, waterbath,
magnetic stirrer untuk mengaduk medium PDA agar homogen,
kain saring, inkubator, mortar dan alu untuk menumbuk sampel, autoklaf untuk melakukan sterilisasi basah, oven untuk melakukan sterilisasi kering, bunsen untuk melakukan fiksasi, korek api untuk menyalakan bunsen, jarum
ose untuk menggores medium,
mikroskop untuk mengamati
mikroba
dan kaca objek untuk meletakkan
sampel yang akan diamati. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah
kentang dan dextrose sebagai penghasil nutrisi
untuk mikroba, aquades, serbuk
agar-agar, kertas pembungkus untuk membungkus alat, kapas dan alumunium foil untuk menyumbat,
alkohol untuk sterilisasi sementara, hati ayam, medium
filtrat kentang, violet cristal (Gram
A) untuk memberikan warna ungu,
lugol (Gram B) untuk menguatkan
warna ungu, etanol (Gram C) untuk melunturkan warna ungu
dan safranin (Gram D)
untuk memberikan warna merah muda dan biakan bakteri.
3.2.
Metode
3.2.1.
Sterilisasi Basah
Aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian kapas
dibungkus dengan alumunium foil. Tabung reaksi ditutup rapat dengan menggunakan
kapas yang telah dibungkus alumunium
foil. Medium filtrat kentang dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian kapas
dibungkus dengan alumunium foil.
Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas yang telah dibungkus dengan alumunium foil. Penutup autoklaf dibuka,
kemudian tabung reaksi dan erlenmeyer dimasukkan kedalam autoklaf. Autoklaf
ditutup rapat dengan cara diagonal dan katup pengaman ditutup. Autoklaf
dinyalakan, manometer dan termometer ditunggu hingga menunjukkan tanda
sterilisasi atau pada suhu 121ºC dengan tekanan 2 atm, setelah mencapai suhu
121ºC dengan tekanan 2 atm didiamkan selama 15 menit. Katup pengaman dibuka dan
dibiarkan hingga autoklaf tidak lagi bertekanan, lalu autoklaf dibuka dan
mediumnya dikeluarkan. Khusus medium Agar, sebelum digunakan suhunya diturunkan
dan dijaga agar tidak membeku dengan cara medium dimasukkan ke dalam inkubator
bersuhu 55ºC.
3.2.2.
Sterilisasi Kering
Pipet hisap dan cawan petri disiapkan, lalu cawan
petri dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi oleh alkohol. Cawan petri
dibungkus dengan kertas pembungkus. Pipet hisap dibersihkan dan bagian pangkal
pipet disumbat dengan menggunakan kapas, lalu pipet hisap dibungkus dengan
kertas pembungkus dan beri tanda pada bagian ujung dan pangkal. Cawan petri dan
pipet hisap dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 170ºC. Cawan petri
dan pipet hisap dikeluarkan, sebelum dipakai cawan petri dan pipet hisap
ditunggu hingga dingin.
3.2.3.
Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar
Filtrat kentang sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Bubuk agar ditimbang pada timbangan sebanyak 10 gram, lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dextrose
ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Medium dihomogenkan
menggunakan magnetic stirrer, setelah
itu ditutup dengan kapas yang sudah dibungkus dengan alumunium foil dan dimasukkan ke dalam autoklaf untuk di
sterilisasi.
3.2.4.
Perhitungan Jumlah Mikroba
Cawan petri yang dibungkus dalam kertas pembungkus
dikeluarkan, lalu pilih cawan petri yang akan dihitung jumlah koloninya. Koloni
yang bergabung menjadi satu membentuk koloni yang besar dihitung satu koloni
dan koloni yang membentuk suatu deretan terlihat seperti garis tebal dihitung
satu koloni. Koloni dihitung menggunakan jarum ose, lalu koloni yaang sudah
dihitung diberi tanda dengan menggunakan spidol hitam agar tidak terjadi
peritungan ganda.
3.2.5.
Pewarnaan Gram
Kaca
objek dibersihkan dengan alkohol, lalu ujung jarum ose dibakar hingga panas kemudian
didinginkan. Mikroba diambil dalam jumlah kecil menggunakan ujung jarum ose,
kemudian mikroba yang telah diambil disebar pada air diatas kaca objek. Fiksasi
dengan memanaskannya di atas pemanas bunsen, setelah kering violet cristal (Gram A) diteteskan
menggunakan pipet tetes di atas sampel bakteri pada kaca objek dan di diamkan
selama 1 menit. Kaca objek dibilas dengan aquades
dengan cara kaca objek dipegang secara miring, sisa aquades yang masih tersisa dibuang. Kaca objek ditetesi menggunakan
lugol (Gram B) dan di diamkan selama 2 menit, lalu kaca objek dibilas dengan aquades dan warna dihilangkan
menggunakan etanol (Gram C) hingga warna biru tidak luntur lagi. Kaca objek
dibilas dengan aquades, kemudian kaca
objek ditetesi menggunakan safranin (Gram D) dan didiamkan selama 30 detik.
Kaca objek dibilas dengan aquades,
kemudian dikeringkan menggunakan tisu. Kaca objek diletakkan di atas meja
mikroskop dan diamati dengan perbesaran 100X.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Sterilisasi
4.1.1.
Sterilisasi kering
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan pada sterilisai kering menggunakan oven sebagai pemanas
dengan tujuan untuk membunuh bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Panjaitan
(2017) yang menyatakan bahwa sterilisasi panas kering berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme dengan cara mendenaturasi protein. Alat-alat yang disterilisai
kering adalah enam pipet hisap dan tiga pasang cawan petri yang sudah dibungkus
kertas lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 170 ºC selama 1 jam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Warbung dkk. (2013) yang menyatakan bahwa sterilisasi
kering terjadi konduksi panas menggunakan oven selama 1 jam pada suhu 170 ºC
yang menyebabkan dinding sel mikroba melebar karena suhu yang terlalu panas,
kemudian mengalami lisis dan protein untuk nutrisi mikroba akan terdenaturasi
sehingga tidak dapat digunakan mikroba untuk bertahan hidup.
4.1.2.
Sterilisasi basah
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan pada sterilisasi basah yang merupakan
sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan didalam autoklaf dimana
yang disterilisasi merupakan medium agar dan aquades yang sudah ditutup rapat
dengan suhu 121 °C dan tekanan 2 atm selama 15-30 menit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chandra dkk. (2011) yang menyatakan bahwa sterilisasi basah pada
autoklaf bersuhu 121°C, tekanan 2 selama sekitar 15 menit untuk
mensterilisasikan medium sebelum digunakan untuk isolasi bakteri. Sterilisasi
basah berlangsung, bakteri akan mengalami koagulasi atau penggumpalan yang
selanjutnya bakteri akan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasi dkk. (2015)
yang menyatakan bahwa sterilisasi di dalam autoklaf akan membuat sel bakteri mengalami
koagulasi.
4.2.
Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilakukan
medium PDA atau Potato Dextrose Agar adalah suatu medium yang terbuat dari bahan dasar kentang yang kaya
akan nutrisi untuk pertumbuhan kapang dan bakteri. Hal ini sesui dengan pendapat Rahmi (2013) yang menyatakan bahwa media PDA adalah media
yang kaya akan nutrisi yang digunakan sebagai sumber nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi
mikroba. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah kentang,
agar dan dextrose. Hal ini sesuai
dengan pendapat Utari dkk. (2015) yang menyatakan bahwa media Potato Dextrose Agar (PDA) dibuat dengan
menggunakan bahan seperti kentang, agar-agar dan aquades dengan komposisi kentang sebanyak 200 g, agar-agar sebanyak
15 g dan aquades sebanyak 1 L.
Pembuatan medium PDA diperoleh nila pH sekitar 6,9-7,2. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bawinto dkk. (2015) yang menyatakan bahwa dala pembuatan medium PDA yang
baik adalah sekitar 6,8-8,0 sehingga mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik,
karena pH yang dibutuhkan oleh mikroba adalah pH netral. Medium PDA lebih
sering digunakan karena medium PDA yang sudah jadi cenderung harganya sangat
mahal. Hal ini sesuai dengan pendapat Aini dan Triastuti
(2015) yang menyatakan bahwa media PDA instan dapat mencapai harga
sekitar 680.000 hingga
1.200.000 rupiah mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif yang
harganya terjangkau dan barangnya mudah didapat. Dextrose
merupakan golongan karbohidrat monosakarida sedangkan kentang merupakan
golongan karbohidrat polisakarida. Hal ini sesuai dengan pendapat Nofianti
(2016) yang menyatakan bahwa dextrose
atau gula merupakan kelompok karbohidrat monosakarida sehingga menyebabkan
mikroba mencerna dextrose terlebih
dahulu daripada kentang.
4.3.
Penghitungan Jumlah Mikroba
Berdasarkan hasil
praktikum perhitungan
jumlah mikroba yang telah
dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri
Sampel
|
Medium
|
Metode
|
Pengenceran
|
SPC
(cfu/ml)
|
||
10-4
|
10-5
|
10-6
|
||||
Hati ayam
|
PDA
|
Pour Plate
|
10 koloni
|
7 koloni
|
2 koloni
|
1x105 cfu/ml
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Mikrobiologi,
2018.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil dari
pengenceran 10-4 adalah 10 koloni, pengenceran 10-5 adalah 7 koloni
dan pada pengenceran 10-6 adalah 2 koloni, sehingga diperoleh hasil
cemaran dari mikroba adalah 1,0 × 105 cfu/ml. Hasil tersebut
diperoleh dari pengenceran 10-4 karena sesuai dengan salah satu
peraturan perhitungan SPC yaitu jika jumlah koloni kurang dari 30 maka
digunakan faktor pengenceran terendah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Purnamasari dkk. (2013) yang menyatakan bahwa
jika perhitungan koloni kurang dari 30 dari semua pengenceran maka SPC
ditentukan dari perhitungan pengenceran terendah. Hasil perhitungan jumlah SPC
bakteri melalui uji mikrobiologis pada sampel hati ayam, jumlah bakteri masih
di atas ketentuan yang ditetapkan oleh SNI 01-6366-2000. Hal ini sesuai dengan
pendapat Budiman dkk. (2015) yang menyatakan bahwa menurut SNI 01-6366-2000
perhitungan SPC pada sampel hati ayam maksimal 1,0 × 104. Jumlah
bakteri yang melebihi batas tersebut disebabkan oleh cemaran mikroorganisme
yang terakumulasi pada pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Supartono dkk.,
(2009) yang menyatakan bahwa mikroorganisme berasal dari pakan dan lingkungan
ketika ayam masih hidup. Jumlah koloni dihitung dengan jumlah koloni yang
terlihat pada cawan petri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk. (2015) yang menyatakan
bahwa pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati koloni yang menempel
pada cawan petri.
4.4.
Pewarnaan Gram
4.4.1.
Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus
|
Staphylococcus aureus
|
Bentuk : Bulat (Coccus)
Koloni : Ada
Warna : Ungu
Gram : Positif
|
Bentuk : Bulat (Coccus)
Koloni : Ada
Warna : Ungu
Gram : Positif
|
Sumber
: Data Primer Praktikum
Mikrobiologi, 2018.
|
Sumber : Elvira dkk., 2017.
|
Ilustrasi 1. Gambar
Pengamatan Bakteri Gram Positif Perbesaran 100 ×.
Berdasarkan hasil
pengamatan pada percobaan pewarnaan gram terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dapat dinyatakan bahwa bakteri Staphylococcus aureus termasuk
bakteri gram positif karena menghasilkan
warna ungu pada kaca objek. Hal ini sesuai dengan pendapat James (2008) yang
menyatakan bahwa bakteri gram positif dapat mempertahankan zat violet cristal dan menjadi warna ungu.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan
sebanyak 90% selebih nya adalah asam teikoat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Agustina dkk. (2013) yang menyatakan bahwa dinding sel bakteri gram positif
mengandung 90% peptidoglikan dan sisanya asam teikoat. Sel bakteri gram positif
terlihat berwarna biru keunguan karena dapat membentuk ikatan komplek dengan pewarna pertama yaitu komplek
ungu kristaliodium. Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat dan
berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari (2014) yang menyatakan
bahwa Staphylococcus aureus berwarna ungu.
4.4.2.
Escherichia coli
Berdasarkan praktikum
pewarnaan bakteri Escherichia coli diperoleh
hasil sebagai berikut :
Escherichia coli
|
Escherichia coli
|
Bentuk
: Batang (Basil)
Koloni : Ada
Warna : Pink
Gram
:Negatif
|
Bentuk
: Batang (Basil)
Koloni : Ada
Warna : Pink
Gram
:Negatif
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2018.
|
Sumber : Dewi, 2010.
|
Ilustrasi 2. Gambar Pengamatan
Bakteri Gram Negatif Perbesaran 100 ×
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pewarnaan gram terhadap
bakteri Escherichia coli didapatkan
warna merah yang disebabkan oleh pewarna safranin merupakan indikator bakteri
gram negatif dan berbentuk batang (bacil). Hal ini sesuai dengan pendapat Safrida dkk. (2012) yang
menyatakan bahwa bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah muda karena
tidak mampu mengikat violet cristal dan hanya terwarnai oleh safranin. Bakteri gram negatif lebih banyak
mengandung lipid daripada peptidoglikan, peptidoglikan yang dimiliki hanya
sekitar 5-20%, sisanya adalah polisakarida. Hal ini sesuai dengan pendapat
Agustina dkk. (2013) yang menyatakan bahwa dinding sel bakteri gram negatif
terdiri dari 5-20% peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Berdasarkan hasil
praktium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi mikroorganisme terhadap alat dan bahan yang akan
digunakan. Sterilisasi dibagi menjadi dua metode yaitu sterilisasi kering dengan oven dan sterilisasi basah dengan autoklaf. Percobaan Pembuatan PDA merupakan suatu medium yang dapat menumbuhkan bakteri dan kapang karena mengandung nutrisi yang
kompleks.
Percobaan Metode
Hitung
Cawan mendapatkan jumlah mikroba
sebesar 1×105 cfu/ml
melalui perhitungan SPC. Percobaan Pewarnaan Gram diperoleh hasil bahwa Staphylococcus aureus
diketahui gram positif
sedangkan pada bakteri Escherichia
Coli termasuk gram negatif.
5.2.
Saran
Praktikum mikrobiologi
acara sterilisasi sebaiknya praktikan menggunakan masker dan sarung tangan
supaya setelah alat-alat disterilisasi kering maupun basah tidak ada bakteri
yang timbul akibat sentuhan yang dilakukan praktikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina,
D., C. Yulvizar dan R. Nursanty. 2013. Isolasi dan karakterisasi bakteri pada
ikan kembung (Rastrelliger sp.) asin
berkitosan. J. Biospecies. 6 (1):
15-19.
Aini, N., dan T. Rahayu. 2015.
Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Hal.
861-866.
Akrom, A. I. 2010. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Benalu Alpukat (Scurrula philippensis) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi).
Arini, L. D. D. 2017. Pengaruh pasteurisasi terhadap jumlah koloni
bakteri pada susu segar dan UHT sebagai upaya menjaga kesehatan. J. Ilmu
Kesehatan. 4 (1): 119-132.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Batas Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam
Bahan Makanan Asal Hewan. SNI 01-6366-2000. Jakarta.
Bawinto, A.
S., E. Mongi dan B. E. Kaseger. 2015. Analisa kadar air, pH, organoleptic dan
kapang pada produk ikan tuna (Thunnus sp)
asap, di kelurahan Girin Bawah, Kota Bitung, Sulawesi Utara. J. Media Teknologi
Hasil Perikanan. 3 (2): 56-65.
Budiman, H., T. R. Ferasyi.,
Tapielaniari., M. N. Salim., U. Balqis dan M. Hambal. 2015. Pengamatan lesi
makroskopis pada hati ayam broiler yang dijual di pasar lambaro Aceh besar dan
hubungannya dengan keberadaan mikroba. J. Medika Veterinaria. 1 (9):
51-53.
Chandra, R., T. Winata dan
E. Evacuasiny. 2011. The Antifungal
Activity of Celery Herb Extracts
(Apium graveolens L.) Againts Candida albicans Invitro. J.
Medika Planta. 3 (1): 41-48.
Dewi, E. R. S. 2014.
Pertumbuhan kultur probiotik hasil isolat bakteri non patogen dalam berbagai
jenis media. J. Bioma. 1 (3): 53-65.
Dewi, F. K. 2010. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda
citrifola, Linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Skripsi).
Elvira, N., Puspawati dan D.
A. A. Wibawa. 2017. Identifikasi Staphylococcus
aureus dan uji sensivitas terhadap antibiotik dari sampel darah pasien
sepsis di RSUD dr. Moewardi. J. Biomedika. 10 (1): 23-29.
Fahril, M. 2017. Analisis
Hasil Fermentasi Susu Sapi dengan Penambahan Sari Buah Belimbing (Averrhoa carambola L) Menggunakan
Bakteri Asam Laktat (Lacotabacillus
bulgaricus). Sekolah Vokasi Program
Studi Teknik Kimia, Umiversitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Febriyanti,
L. E., M. Martosudiro dan T. Hadiastono. 2015. Pengaruh plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) terhadap infeksi peanut stripe virus (PStV), pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) varietas gajah. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1): 84-92.
Fitri, L., dan Y. Yasmin.
2011. Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri kitinoliti. J. Ilmiah
Pendidikan Biologi. 2 (3): 20-25.
Ginting, E. C. B. R. 2017.
Penentuan pH dan Kadar Asam Laktat pada Minuman Coklat Hasil Fermentasi yang di
Sterilisasi dengan Autoklaf. Sekolah Vokasi
Program Studi Teknik Kimia, Umiversitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Hasanah, N. M. 2017.
Evaluasi Parameter Fisikokimia Yoghurt Susu Kacang Tanah terhadap Pengaruh
Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi. Sekolah Vokasi Program Studi Teknik Kimia, Umiversitas
Diponegoro, Semarang. (Skripsi).
Hidayat,
I. R., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2013. Total bakteri asam laktat, nilai pH dan
sifat organoleptik drink yoghurt dari susu sapi yang diperkaya dengan ekstrak
buah mangga. J. Animal Agriculture. 2 (1): 160-167.
James,
J., C. Baker dan Helen S., 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan.
Erlangga Medical Sains, Jakarta.
Jauhari, L. T. 2010. Seleksi dan
Identifikasi Kapang Endofit Penghasil Antimikroba Penghambat Pertumbuhan
Mikroba Patogen. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi).
Kasi, Y. A., J. Posangi., P.
M. Wowor dan R. Bara. 2015. Uji efek antibakteri jamur endofit daun mangrove avicennia marina terhadap
bakteri uji Staphylococcus aureus dan
Shigella dysenteriae. J. e-Biomedik. 1
(3): 112-117.
Kharisma, A., dan A. Manan.
2012. Kelimpahan bakteri Vibrio sp.
pada air pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai deteksi dini
serangan penyakit vibriosis. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4 (2):
129-135.
Maija,
F., O. Lambui dan R. Pitopang. 2016. Uji daya hambat ekstrak daun tumbuhan Harrisonia perforata (blanco) merr. terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. J. Biocelebes. 1 (10): 18-26.
Nofianti.,
Saryono., C. Jose dan A. Linggawati. 2016. Penentuan media produksi senyawa
antimikrobial endofit dari Fusarium
oxysphorum lbkurcc41 umbi tanaman
dahlia (Dahlia variabilis). J. Indonesian Chemia Acta. 1 (6): 5-9.
Panjaitan, Y. R. 2017. Uji
Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Putihan (Chromolaena
odorata) dengan Siprofloksasin terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Fakultas
Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Skripsi).
Pratiwi, B. N., L.
Sulistyowati., A. Muhibuddin dan A. Kristini. 2013. Uji pengendalian penyakit
pokahbung (Fusarium monolifermae)
pada tanaman tebu (Saccharum officinarum)
menggunakan Trichoderma sp. Indigenous secara in vitro dan in vivo. J.
Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (1): 119-129.
Purnamasari, R., Umrah dan
M. Alwi. 2013. Analisis Mikrobiologi Stik Kentang Goreng di Cafe Lesehan Talise Palu . J. Biocelebes. 2
(7): 30-39.
Purwa, N., Junianto dan T.
Herawati. 2012. Karakteristik bakteri Caviar
nilem dalam perendaman campuran
larutan asam asetat dengan larutan garam pada penyimpanan suhu rendah (5-10ºC).
J. Perikanan dan Kelautan. 4 (3): 171-175.
Putri, O. S. D., I. R.
Sastrahidayat dan S. Djauhari. 2014. Pengaruh metode inokulasi jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersic(Sacc.)
terhadap kejadian penyakit layu Fusarium pada
tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.).
J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 3 (2): 74-81.
Rachmawati, A. Y. 2009.
Pengaruh Perlakuan Matriconditioning Plus
Bakterisida Sintetis atau Nabati Untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Terbawa Benih serta Meningkatkan
Viavilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza
sativa L.). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Rahmi, A., dan I. Asterina.2013.Isolasi dan
Idintifikasi Kapang Endofit dari tanaman obat surian (Tooha sinensis). J. ISTEK.7
(2) : 32-44.
Ranseleleh,
T. A., R. R. A. Mahesni., P. Sugita dan
W. Manalu. 2013. Kandungan mikroba daging kelelawar yang diolah sebagai bahan
pangan tradisional. J. Veteriner 14
(3): 294-302.
Redha, Q. A., S. Djuhari dan L.
Sulistyowati.2014. Keanekaragaman Jamur endofit daun kangkung darat (Ipomea reptans poir) pada lahan
pertanian organik dan konvensional. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan. 2 (1): 19-28.
Rochman, A. 2015. Perbedaan proporsi dedak
dalam media tanam terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus florida). J. Agribisnis. 11 (13): 56-67.
Risakawati.
2010. Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Air Kanal
Al-Markaz Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Makasar. (Skripsi).
Safitri,
M. F., dan A. Swarastuti. 2013. Kualitas kefir berdasarkan konsentrasi kefir
grain. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 2
(2): 87-92.
Safrida,
Y. D., C.Yulvizar dan C. N. Devira. 2012. Isolasi dan karakterisasi bakteri
berpotensi probiotik pada ikan kembung (Rastrelliger
sp.). J. Depik. 1 (3): 200-203.
Sari, K. D. P. 2017. Potensi
Penggunaan Media Teknis sebagai Pengganti Media Sea Water Complete (SWC) untuk Mendukung Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. D2.2. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, Lampung. (Skripsi).
Sitorus, R.
N. 2017. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi Daun Sendok (Plantago
major L.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatra Utara, Medan. (Skripsi).
Sudarsono,
A. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada Ikan Laut dalam Spesies Ikan
Gindara (Lepidocibium flavobronneum).
Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor. (Skripsi).
Supartono,
W., S. Raharjo dan S. Iskandar. 2009. Evaluasi karkas dan rumah potong ayam
lokal di beberapa Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. J. Agritech. 4 (23): 184-189.
Taurisia,
P. P., W. Proborini dan I. Nuhantoro. 2015. Pengaruh media terhadap pertumbuhan
dan biomassa cendawan Alternaria
alternate (Fries) Keissler. J. Biologi. 19 (1): 30-33.
Utari, N. M. W., I. P.
Sudiarta dan I. G. N. Bagus. 2015. Pengaruh media dan umur biakan jamur Metarhizium anisopliae M. Terhadap
tingkat kematian larva Oryctes rhinoceros
L. ( Scarabaeidae ; Coleopatra).
J. Agroekoteknologi Tropika 2 (4): 160-169.
Wahyudi, A. T., S. Meliah
dan A. A. Nawangsih. 2011. Xanthomonas
oryzae pv. oryzae bakteri
penyebab hawar daun pada padi : isolasi, karakteristik dan telah mutagenesis
dengan transposon. J. Makara Sains. 1
(15): 89-96.
Warbung, Y. Y., V. N. S.
Wowor dan J. Posangi. 2013. Daya hambat ekstrak spons laut (Callyspongia sp) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. J.
e-GIGI. 1 (2): 1-12.
Wulandari, M. A. 2014. Potensi Antibakteri dan Bioautografi
Ekstrak Etanol Daun Bintaro (Carbera Odollam Gaertn.) terhadap Salmonella
Typhi dan Staphylococcus Aureus. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi).
Yunita,
M., Y. Hendrawan dan R. Yulianingsih. 2015. Analisis kuantitatif mikrobiologi
pada makanan penerbangan (Aerofood ACS)
garuda indonesia berdasarkan TPC (Total
Plate Count) dengan metode pour plate.
J. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3 (3): 237-248.
LAMPIRAN
1.
Gambar dan Fungsi Alat
Gambar Alat
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
Tabung Reaksi
|
Sebagi tempat pengenceran atau digunakan
tempat menyimpan media
|
|
Jarum Ose
|
Memindahkan mikroorganisme yang akan dibiakkan
|
|
Cawan Petri
|
Untuk tempat perkembangbiakan mikroba
|
|
Kaca Objek
|
Untuk meletakkan objek yang akan diamati di
mikroskop
|
|
Erlenmeyer
|
Untuk
menampung larutan, bahan atau cairan
|
|
Pipet Hisap
|
Untuk memindahkan larutan dengan
volume yang diketahui
|
|
Penghisap
|
Untuk menghisap larutan masuk ke pipet hisap
|
|
Autoklaf
|
Untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap
bersuhu dan bertekanan tinggi
|
|
Oven
|
Sebagai alat sterilisasi dengan menggunakan panas
kering
|
|
Gelas Ukur
|
Untuk mengukur volume suatu cairan
|
|
Gelas Beker
|
Untuk preparasi media media dan menampung akuades
|
|
Mortar dan alu
|
Untuk menumbuk atau menghancurkan
sampel
|
|
Timbangan
|
Untuk menimbang media dan juga sample
|
|
Bunsen
|
Untuk
menciptakan kondisi yang steril dan memijarkan jarum ose
|
|
Mikroskop
|
alat untuk melihat objek yang sangat kecil atau
mikrokopis
|
|
Magnetic Stirrer
|
Untuk menghomogenkan suatu larutan dengan
pengadukan
|
|
Kertas Saring
|
Untuk memisahkan cairan dari bahan padat
|
|
Kertas Lakmus
|
Untuk
mengetahui derajat keasaman atau pH media
|
|
Pisau
|
Untuk mengupas dan memotong bahan medium (kentang)
|
2.
Perhitungan Standard
Plate Count (SPC)
Sampel
|
Medium
|
Metode
|
Pengenceran
|
SPC(CFU/ml)
|
||
10-.4
|
10-5
|
10-6
|
||||
Daging Ayam Pasar
|
PDA
|
Pour Plate
|
10
|
7
|
2
|
1,0 × 105
|
10-4 = 10 × = 1,0 ×
105
10-5 = 7 × = 7,0 ×
104
10-6 = 2 × = 2,0 ×
104
Karena semua hasil kurang dari 30, maka yang
digunakan adalah pengenceran terendah yaitu di pengenceran 10-4.
CFU/ml
3.
Fotocopy Hasil
Praktikum
Komentar
Posting Komentar